Sabtu, 11 Februari 2012

MOdis di Lapangan Tenis

MOdis di Lapangan Tenis



Dunia mode tak hanya menjadi milik para pesohor di bidang hiburan. Di dunia olahraga, arena pertandingan bisa menjadi ”
catwalk” bagi atlet. Di lapangan tenis atlet bisa leluasa memperlihatkan kostum dengan model yang makin variatif.

Bahkan untuk ajang Wimbledon yang memiliki aturan harus memakai kostum serba putih, beberapa atlet yang memiliki desain khusus bisa tampil modis.

Maria Sharapova dan Roger Federer adalah petenis era tahun 2000-an yang rancangan pakaiannya selalu berbeda dari petenis lainnya. Sponsor mereka, Nike, selalu punya desain khusus untuk kedua bintang ini. Sharapova dan Federer bahkan selalu terlibat dalam setiap rancangan baru.

Di Wimbledon 2008, Sharapova tampil dengan atasan model kerah tuksedo dan celana pendek. Petenis Rusia ini memang selalu ingin tampil mewah dan elegan di setiap Wimbledon. Sementara Federer membuat banyak orang berkomentar dengan jas
army look di Wimbledon 2009.

Tahun ini,
show off kostum baru dimulai di Grand Slam Australia Terbuka di Melbourne, 18-31 Januari. Sharapova, yang sebelum Australia Terbuka mengikat kontrak dengan Nike sebesar 70 juta dollar AS untuk 8 tahun, seperti biasa tampil paling modis.

Sharapova memakai gaun biru dilapis dengan sifon yang sedikit lebih pendek, dengan warna biru kehijauan. Tali berwarna kuning di pinggang menjadi aksen dari pakaian yang hanya sekali dikenakan Sharapova ini karena dia tersingkir di babak pertama.

Sebagai petenis paling
glamourous, Sharapova tak pernah melupakan perhiasan untuk mempercantik penampilan. Sejak tahun 2008, dia disponsori Tiffany & Co yang selalu memberi Sharapova anting baru untuk dipakai di grand slam.

Kerja sama dengan Swarovski juga pernah dilakukan pada tahun 2007 untuk Amerika Serikat Terbuka. Nike mengeluarkan gaun merah dengan 600 butir kristal Swarovski sebagai hiasan di bagian dada. Idenya diambil dari
skyline Manhattan, New York, tempat berlangsungnya turnamen. Sayang, gaun ini hanya sekali dipakai karena dia tersingkir di babak kedua.

”Sharapova sudah seperti David Beckham di sepak bola. Dia telah menjadi bagian dari selebriti,” kata Stefan Szymanski, profesor bidang ekonomi di Sekolah Bisnis Cass di London, seperti terdapat dalam situs sportbusiness.com.

Atlet lain yang juga punya desain sendiri adalah Venus Williams. Venus bahkan memakai kostum labelnya sendiri, Eleven, yang bercirikan potongan bentuk V, seperti di bagian dada kostum warna kuning yang dipakai Venus di Melbourne.

Di bagian putra, Federer selalu tampil elegan meski kostumnya sama dengan umumnya pemain lain, yaitu
t-shirt dan celana pendek. Namun, Federer selalu terlihat rapi karena ukuran pakaiannya pas di badan. Ini berbeda dengan Andy Roddick yang selalu memakai t-shirt longgar dari Lacoste. Meski tak memiliki label sendiri, Federer sudah memiliki desain khusus dengan ciri inisial RF di pakaian dan sepatu yang dia kenakan.

Rival Federer, Rafael Nadal, pernah mendobrak kostum pria yang itu-itu saja dengan memakai celana capri serta kaus tanpa lengan dan kerah. Penampilannya itu disebut
pirate look (gaya bajak laut). Namun, gaya Nadal yang khas ini berubah pada tahun 2009.
Mendobrak tradisi
Variasi kostum di arena tenis sangat terasa sejak tahun 1990-an. Ini karena produsen perlengkapan olahraga mulai membuat desain menarik. Apalagi, majalah-majalah mode juga mulai menjadikan para atlet sebagai bintang.

Namun, revolusi mode di tenis sudah terjadi menjelang tahun 1920-an, melalui petenis Perancis, Suzane Lenglen. Lenglen berani mendobrak tradisi lama ketika petenis putri memakai kostum berkorset.

Tak hanya itu, kostum yang dikenakan Lenglen, karya perancang Perancis, Jean Patou, lebih mirip pakaian balet. Lenglen memakai rok terusan selutut, dengan potongan tanpa lengan di bagian atas. Sebagai aksesori, Lenglen memakai bando besar dari kain yang dililit. Sebuah jepitan dari berlian menjadi detail dari bando ini, selain berfungsi memperkuat lilitan.

Memasuki tahun 1950-an, revolusi warna terjadi ketika Ted Tinling membuat baju Joy Gannon dengan kelim warna ungu. Meski hanya di bagian kelim, variasi warna ini mematahkan tradisi bahwa kostum tenis harus serba putih.

Lekuk tubuh petenis putri makin terlihat pada era 1970-an karena kostum tenis menjadi lebih pendek dan pas di badan. Pada tahun 1980-an, mode di tenis menekankan pada bahan pakaian, yaitu bahan yang bisa ”bernapas”, dengan kata lain nyaman dipakai.

Sejak tahun 1990-an hingga sekarang, makin variatifnya mode di arena tenis menjadi bagian dari persaingan bisnis produsen perlengkapan olahraga. Untuk saat ini tak hanya Nike (AS) serta dua produk Jerman, Adidas dan Reebok, yang menjadi sponsor pemain.

Sejak tahun 2007, produk dari China mulai bersaing dengan Nike, Adidas, dan Reebok. Ivan Ljubicic menjadi petenis profesional pertama yang dikontrak Li Ning. Setelah itu, ada Jelena Jankovic yang bekerja sama dengan Anta sejak tahun 2009. China memang jeli melihat pasar meski beberapa petenisnya masih memakai produk AS dan Eropa.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...