Kamis, 05 Januari 2012

Wanita Dan Kesetaraan Gender

Tidak sedikit didunia ini kaum wanita yang terus aktif dalam perjuangan persamaan hak dengan kaum pria. Para wanita itu terus dan terus memperjuangkan kesetaraan gender wanita.

Siapa mereka, para pejuang ini?

Sebenarnya sebagian besar wanita yang sedang berjuang itu adalah para wanita yang sudah "merdeka”. Biasanya mereka itu dari kalangan wanita karir yang sukses, punya prestasi dan punya latar belakang pendidikan yang tinggi. Karena kemerdekaan itulah mereka merasa perlu untuk berjuang atas nama semua wanita yang masih "terpasung”.

Sebenarnya, kalau dipikir-pikir, masalah perjuangan emansipasi yang belum juga berakhir ini bukan karena kaum pria menjadikan wanita sebagai objek, melainkan karena wanita itu sendiri yang berlaku demikian. Selalu berteriak akan persamaan hak. Dalam parlemen di Indonesia contohnya, ada sekelompok pejuang wanita yang meminta "quota" 30% dalam keanggotaan legislatif, minta daftar nama perempuan di taruh di barisan atas dalam pemilihan. Bahkan iklan tentang ini banyak diekspos di televisi.

Seharusnya kita, para wanita, menyadari bahwa hal ini justru bertentangan dengan perjuangan feminisme. Sebab kalau meminta "quota" artinya kaum wanita merasa yakin tidak mampu bersaing secara normal dan fair dengan kaum pria di dunia politik.

Apabila para aktivis wanita ini yakin betul bahwa kemampuan kaum wanita sejajar dengan pria, mengapa tidak bersaing secara fair saja. Iklan-iklan tersebut menggambarkan unsur pemaksaan dan mengarah kepada KKN. Sehingga kemudian kita mendapati bahwa iklan tersebut merupakan sebuah ironisme dari perjuangan wanita itu sendiri.

Sebenarnya di Indonesia, kesetaraan gender sudah sangat baik. Lihat saja ibu Megawati, beliau seorang wanita yang menjadi Presiden. Sebuah kesuksesan dalam peraihan karir yang paling tinggi di negeri ini. Lihat juga puluhan menteri wanita yang pernah mengisi jajaran kabinet Indonesia. Sangat mengherankan bahwa kaum feminis Indonesia tidak merasa terwakili oleh prestasi yang diraih wanita-wanita hebat ini.

Dilain sisi ada banyak sekali wanita karir di Indonesia yang merangkap menjadi ibu tetapi sukses dalam pekerjaannya. Profil-profil tersebut sudah menggambarkan bahwa wanita mempunyai andil hebat dalam politik dan perekonomian Indonesia.

Di negara Islam pun kita menjumpai banyak wanita yang memegang kendali politik tertinggi contohnya Benazir Butto, pernah menjabat sebagai Perdana Menteri Pakistan. Shirin Ebadi wanita hebat Iran dengan kepribadian luar biasa yang memenangkan hadiah Nobel pada tahun 2003. Chandrika Bandaranaike Kumaratunga presiden Srilanka. Dua wanita pintar Philipina Cory Aquino & Gloria Arroyo. Di belahan dunia lain juga kita kenal Margareth Tacher, Madeleine Albright, dan Madonna perempuan genius dengan kepribadian yang kontraversial tapi sangat sukses.

Di masa lalu kita mengenal Evita Peron, Marylin Monroe dan masih banyak lagi. Selamat para wanita! Kita mampu membuktikan bahwa potensi karir dan intelektual antara wanita dan pria adalah setara.

Lalu apa lagi yang harus diperjuangkan? Sampai kapan kaum wanita berjuang untuk kesetaraan gender?

Padahal, jika kita para wanita mau menyadari, sebenarnya kaum wanita di beberapa sisi sudah menggeser peran-peran pria, begitupun tidak ada protes dari kaum pria. Contoh: ada Ladies Bank (Bank Niaga sudah mempeloporinya) dimana semua staff dalam beberapa cabang adalah wanita. Ada Gereja yang semua/sebagian besar pekerjanya adalah wanita, dari gembala sidang, majelis, pemusik dsb. Banyak pabrik-pabrik yang hanya menerima pekerja wanita daripada pria, seperti pabrik rokok, sepatu, mainan anak-anak, dll.

Kita lihat disini kaum pria sudah tergeser di ladang pekerjaan dan karir. Berapa banyak manager/direktur/pebisnis/guru ataupun profesi lain yang diisi oleh wanita. Bahkan saat ini tidak sedikit pria yang mengeluh bahwa mereka lebih sulit mendapatkan pekerjaan dibanding wanita.

Jika kaum wanita tidak pernah merasa bahwa pria adalah "mitra" tapi justru menganggap pria sebagai pesaing dan musuh, maka masalah kesetaraan gender yang terus didengungkan kaum wanita ini tidak akan pernah selesai.

Yakinlah, jika kita, para wanita, bersedia merubah paradigma, masalah kesetaraan gender ini akan menjadi lebih baik.



Article by Madhoni Yusman
Posted by

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...